Kajian Dongeng
“Batu Kerbau” dengan Menggunakan
Pendekatan Analitis
pendekatan
analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha membedakan dan memahami
elemen-elemen yang membangun karya sastra itu sendiri.
Menurut
Dewi, (2010: 59) “pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha
memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinasikan
ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasanya, elemen
intrinsic dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsic itu sehingga mampu
membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.”
1.1 Tema
Tema
adalah ide yang terkandung dalam sebuah cerita, serta yang menjadi landasan
cerita tersebut. Menurut Sumardjo dan Saini K.M (dalam Zebua, 2011: 8) mengatakan:
Tema adalah ide sebuah
cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan mau sekedar bercerita, tetapi
mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa
suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar
tentang kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semuanya didasari
oleh ide pengarang tersebut.
Nurgiyanto (dalam Zebua, 2011: 8) mengatakan “Tema adalah
sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai
pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, ridu, takut, maut,
religius, dan sebagainya. Dalam hal tertentu, sering tema dapat disinonimkan
dengan ide atau tujuan utama cerita”.
Adapun
tema dari dongeng “Batu Kerbau” adalah perasaan emosi yang berdampak buruk pada
aktifitas di lingkungan.
Pernah
suatu hari Si Pahit Lidah berjalan di tepi sungai Batang Merangin dan berniat
untuk berteduh di sebuah pondok milik warga, namun ketika pemilik pondok
mengetahui bahwa Si Pahit Lidahlah yang
mampir ke pondoknya, maka bergegaslah pemilik pondok itu pergi masuk ke
hutan. Takut kalau-kalau Si Pahit Lidah akan mengutuknya menjadi batu. (Dongeng
‘Batu Kerbau’).
Di perjalanan ia bertemu
dengan dua ekor kerbau, yaitu induk kerbau dan anak kerbau yang sedang mandi,
dengan perasaan dongkol yang masih menyelimuti hatinya, Ia pun mengutuk dua
ekor kerbau tersebut menjadi batu, maka bertambah yakinlah warga sekitar bahwa
Si Pahit Lidah dapat mengutuk apa pun menjadi batu sehingga dapat membahayakan
mereka, bahkan tak jarang para warga akan menghindar jika bertemu dengan Si
Pahit Lidah. (Dongeng ‘Batu Kerbau’)
1.2 Tokoh
Tokoh
dapat menyampaikan ide pengarang melalui cerita, kegiatan tokoh dan peristiwa
yang terjadi di sekitar tokoh.
Abrams
(dalam Zebua, 2011: 11) menyatakan “Tokoh cerita adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam cerita naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.
Setiap tokoh memiliki
watak atau karakter sendiri. Penyajian watak tokoh ini oleh pengarang dapat
melalui penggambaran sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran, perasaan, atau dengan
menyisipkan komentar mengenai sifat- sifat tokoh itu. Penyajian watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh ini yang disebut dengan penokohan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar